Banyak ibu muda sekarang yang memilih untuk tidak mengimunisasi anaknya, karena ketakutan akan menimbulkan efek samping, salah satunya memicu penyakit autis pada anak mereka. Apalagi semenjak dipublikasikannya penelitian oleh Andrew Wakefield dan koleganya pada jurnal kedokteran Lancet pada tahun 1998 yang menyatakan bahwa imunisasi MMR (Measles, Mumps, Rubella) bisa menyebabkan autisme pada anak. Wakefield mengikuti perkembangan 12 anak yang sebelumnya normal, namun kemudian menjadi autis setelah diberikan vaksin MMR.
Setelah muncul hasil penelitian tersebut, jumlah anak-anak yang diimunisasi di Inggris dan Amerika menurun drastis. Karena itu beberapa peneliti mencoba melakukan penelitian-penelitian lain yang melibatkan jutaan anak-anak untuk membuktikan kebenaran Wakefield. Hasilnya semua sama, vaksin MMR tidak berhubungan dengan penyakit autis. Melihat fakta-fakta ini, 10 dari kolega yang ikut meneliti bersama Wakefield menyatakan mengundurkan diri dari penelitiannya, bahkan Lancet mencabut publikasi penelitian Wakefield dari jurnalnya.
Namun tetap saja para orang tua masih banyak yang enggan anaknya diimunisasi. Akibatnya pada tahun 2008 terjadi endemi campak di Eropa dan Amerika. Lalu pada tahun 2010 tercatat rekor terbanyak kasus batuk rejan (pertusis) dalam 55 tahun terakhir. Hal ini menjadi perhatian serius dari otoritas kesehatan disana.
Akhirnya baru-baru ini BMJ (British Medical Journal) menerbitkan tulisan jurnalis Inggris, Brian Deer, yang menganalisis penelitian Wakefield. Deer menyebut penelitian Wakefield dan koleganya sebagai penipuan, karena banyak ditemukan kejanggalan, salah satunya karena tidak disertakannya data-data riwayat penyakit pasien/partisipan. Lima dari 12 anak tersebut ternyata sejak awal sudah memiliki gangguan perkembangan mental. Data yang didapat dari riwayat penyakit anak ternyata tidak konsisten dengan data dari orang tua pasien.
Vaksin MMR biasanya tidak diberikan sampai anak berusia 12 - 16 bulan. Selama masa itu gejala-gejala ringan autis mulai muncul pada anak. Makanya Wakefield dan koleganya dengan mudah bisa memilih anak-anak mana yang menjadi subyek penelitiannya. Ketika gejala autis muncul bersamaan dengan pemberian vaksin, bukan berarti vaksin tersebut yang menyebabkan autis.
Bulan Mei lalu izin praktik Wakefield dicabut oleh pemerintah Inggris. Namun Wakefield tetap bertahan pada argumentasinya. Kini dia tinggal di Amerika dan mendapat dukungan beberapa selebritis seperti Jenny McCarthy.
Akhirnya semua kembali pada para orang tua. Orang tua memiliki kewajiban untuk melindungi anaknya dan juga orang lain dari penyakit yang bisa dihindari sejak awal.
Diolah dari berbagai sumber.